Ibu Meneer (Lau Ping
Nio) merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Ia menikah dengan pria
asal Surabaya, dan kemudian pindah ke Semarang. Saat
suaminya sakit keras dan berbagai upaya penyembuhan sia-sia, Ibu Meneer
mencoba meramu jamu Jawa yang diajarkan orang tuanya dan suaminya
sembuh. Sejak saat itu, Ibu Meneer lebih giat lagi meramu jamu Jawa. Ia mencantumkan nama dan potretnya pada kemasan jamu
yang ia buat dengan maksud membina hubungan yang lebih akrab dengan
masyarakat yang lebih luas. Berbekal perabotan dapur biasa, usaha
keluarga ini terus memperluas penjualan ke kota-kota sekitar.
Pada
tahun 1919 atas dorongan keluarga berdirilah Jamu Cap Potret Nyonya
Meneer. Selain mendirikan pabrik Ny Meneer juga membuka
toko di Jalan Pedamaran 92, Semarang. Perusahaan keluarga ini terus
berkembang dan
berdirilah cabang toko Nyonya Meneer, di Jalan Juanda, Pasar Baru,
Jakarta. Ibu Meneer meninggal
dunia tahun 1978, operasional perusahaan kemudian diteruskan oleh
generasi ketiga yakni kelima cucu Nyonya Meneer. Kelima bersaudara ini
kurang serasi dan perebutan kekuasaan menjadi sengketa berkelanjutan.
Akhirnya saudara-saudara tersebut menjatuhkan pilihan untuk berpisah dan
menjual bagian mereka kepada Charles Ong Saerang.
Impian Ibu Meneer akan adanya sebuah taman herbal tempat pembudidayaan
tanaman jamu diwujudkan oleh Charles Saerang yang mengubah
lahan seluas 3 hektar yang berlokasi di Jl. Raya Semarang-Bawen Km. 28, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, menjadi
sebuah kebun herbal dengan menumbuhkan berbagai macam koleksi tanaman
yang biasa digunakan sebagai bahan baku produksi jamu. Kemudian taman yang awalnya hanya dijadikan
sebagai taman koleksi pribadi diubah menjadi terbuka untuk umum dengan tiket masuk Rp 10.000 di weekend. Taman inilah yang akhirnya diberi nama
Taman Djamoe Indonesia.
Lokasinya jika dari arah kota Semarang maka di sebelah kiri jalan setelah kompleks Giri Sonta dan sebelum pabrik Jamu Sidomuncul, si Pak supir sempat nyasar masuk ke pabrik Jamu Sido Muncul baru putar arah lagi, katanya Taman Djamoe ini baru, sebelumnya dia kesana belum ada x_X
Ditempat ini selain taman luas ada museum dengan
interior tradisional yang terbagi dalam 2 bagian, yaitu barang koleksi
pribadi Ibu Meneer dan replika peracikan serta pembuatan jamu secara
tradisional. Begitu masuk dapat melihat lukisan Ibu Meneer, koleksi
alat-alat yang digunakan untuk membuat jamu pada masa lalu dan tempat jamu dari
kuningan. Selain itu juga bisa melihat replika tentang peracikan jamu secara tradisional. Setelah melewati bagian museum ada tempat penjualan beberapa jamu dan es krim tapi sayangnya tutup waktu itu.
Fasilitasnya lumayan lengkapnya seperti Spa Srikaton (dengan perjanjian sebelumnya), Taman Djamoe Resto, Taman Djamoe Gift Shop dan
Meneer Shop, Taman Djamoe Herbaclinic, Taman Djamoe Herbal Collection
and Market, Amphitheater, Green House, Laboratorium, Jogging and Biking
Track, dan ada Helipad juga. Saat kami sepi, hanya kami pengunjungnya. Karena panas terik kami akhirnya sewa sepeda Rp 5.000/sepeda dengan membayar ke satpam yang ada disana (uangnya masuk ke kantong celana si satpam :|)
Koleksi tanamannya lumayan banyak dan sebagian besar tanaman memiliki nama-nama "ajaib" yang baru sekali itu saya tahu. Norak waktu ngeliat pohon kayu putih, ternyata batang pohonnya benar-benar putih, kirain selama ini hanya namanya saja "kayu putih" :p
*********
http://www.tamandjamoeindonesia.com